top of page

"Potongan Pertama: Mengungkap 5 Fakta Sanitasi di Indonesia"

Diperbarui: 3 Sep 2023

"Seperti halnya memakan kue tart atau pizza. Sepotong demi sepotong rasa-rasanya jauh lebih mengasyikkan"


1. Banyaknya Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS): Hampir 25 juta rakyat Indonesia tidak menggunakan toilet dan melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang berisiko mengkontaminasi tanah, sumber air, dan udara serta meningkatkan risiko terpapar penyakit diare. Satu dari empat BALITA (anak usia 1-5 tahun) di Indonesia menderita penyakit diare dan menjadikanny

a sebagai faktor pertama penyebab kematian anak di Indonesia. Pemicunya bukan lain ialah terkonsumsinya air atau makanan yang diolah dengan air yang terkontaminasi bakteri E. coli yang seharusnya tidak boleh ada sama sekali pada air yang digunakan untuk kebutuhan sanitasi. Munculnya perilaku BABS sendiri diakibatkan 2 hal, yakni cara berpikir (sehingga mempengaruhi tindakan) dan persepsi yang menurut sebagian besar mereka dengan melakukan BABS, mereka bisa bersosialisasi, memberikan mereka otonomi, sudah menjadi kebiasaan, dan memberikan rasa nyaman.


"Meski tidak nampak sakit, orang dengan perilaku BABS pasti membawa risiko pertumbuhan dan perkembangan bersamanya dan anak-anak termasuk yang paling rentan karenanya"

2. Kualitas Air yang Buruk: Hanya 7% air limbah yang diolah di Indonesia. Sebuah survei pada 2017 di pusat perkotaan Jawa, menemukan setidaknya 90% sumber air dan 67% dari air minum rumahan terkontaminasi bakteri fekal. Survei lain menunjukkan bahwa 38% dari 7000 rumah tangga yang tersebar di 22 provinsi di Indonesia melaporkan keluhannya terhadap kualitas air mereka. Sangat tidak heran karena berdasarkan data yang ada pada tahun 2021, 15,37% desa/kelurahan di Indonesia dilewati sungai yang telah tercemar sehingga dilaporkan bahwa lebih dari seperempat desa/kelurahan di Indonesia menjadi terdampak akibat tercemarnya badan air tersebut. Dijelaskan pula, bahwa penyebab utama dari pencemaran air tersebut bukan lain adalah kontaminasi limbah rumah tangga, termasuk disebabkan karena perilaku BABS yang terlewat berisiko bagi kesehatan.


3. Meningkatnya Akses terhadap Suplai Air: Indonesia memiliki akses terhadap suplai air pada taraf moderat dan masih berprogres untuk terus meningkatkan akses suplai air tersebut. Pada tahun 2011, sekitar 84% masyarakat Indonesia memiliki akses ke suplai air, dari yang awalnya hanya 70% di tahun 1990. Pada prosesnya, akses suplai air di daerah perkotaan tercatat meningkat sangat lambat dari 90% ke 93%, sedang di daerah pedesaan mengalami peningkatan yang signifikan dari 61% ke 76% pada tahun 2011. Bersih atau tidak, akses terhadap suplai air ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan awal anak, utamanya berkenaan dengan risiko terjadinya stunting. 10% risiko stunting dapat dikurangi ketika rumah tangga memiliki WASH* yang layak


"Di Indonesia, kebanyakan kita tidak pernah benar-benar tahu apakah air yang kita gunakan sehari-hari sudah bersih dan aman. Maka setidaknya, hindari perilaku yang menjadikan kita semakin berisiko"

4. Meningkatnya Akses terhadap Sanitasi: Pada rentang 2006-2015, tingkat akses terhadap sanitasi di Indonesia meningkat sebesar 6,5% per tahun. Meski demikian, hampir 100 juta orang masih hidup tanpa perbaikan sanitasi pada 2015 dan kebanyakan dari mereka berada di daerah pedesaan. Di satu sisi, 3 dari 4 orang di perkotaan memiliki akses sanitasi yang membaik sedang kurang dari setengah populasi di pedesaan yang memiliki akses tersebut.


5. Usaha UNICEF: Dimuat dalam WASH ACTS - Edisi 2022, UNICEF telah melakukan banyak upaya dalam mewujudkan WASH yang aman dan berkelanjutan bagi anak-anak Indonesia dengan melakukan inovasi, kemitraan, serta memanfaatkan kemauan politik. Sepanjang 2022, UNICEF telah berinovasi dalam membawa narasi WASH dengan merilis #WaktunnyaCekidot, sebuah kampanye pertama di Indonesia yang memprmosikan sanitasi aman di rumah. Bersama dengan KEMENKES, KEMENPUPR, dan Bappenas, UNICEF juga berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya air tanah yang bersih serta sanitasi aman dengan merilis Policy Brief "Penggunaan Air Tanah dengan Aman", serta melakukan Youth Engagement dengan melalui U-Report dengan kegiatan polling dan challenge. Terakhir, UNICEF Indonesia dan SWA senantiasa mendukung pemerintah Republik Indonesia sebagai tuan rumah hight-level forum "Sector Ministers Meeting (SMM)" untuk melakukan pembahasan sektor WASH, Pendanaan, Lingkungan, dan Kesehatan dalam mengatasi krisis COVID-19, Ekonomi, dan Iklim.


"Selesaikan dulu apa yang ada pada diri kita, lalu bersama diri kita yang telah selesai, mari mewujudkan WASH yang aman dan berkelanjutan untuk semua"

*Water, Sanitation, and Hygiene


Artikel ini merupakan republikasi dari The Borgen Project dengan beberapa modifikasi dari penulis dengan tujuan penyesuaian ulang serta untuk memperkuat argumentasi dan memperluas khazanah pengetahuan.


Editor: Alif - Universitas Trunojoyo, Mitra Muda WASH UNICEF Indonesia



27 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page