top of page

"Kuliah Daring dan Apa yang Bisa Didapatkan Darinya"

Oleh: Muhammad Alif Dzulfikar

Perkenalan

Di tengah pandemi COVID-19 ini, tentu tidak asing lagi bukan dengan yang namanya kuliah daring. Bisa dikatakan bahwa kuliah daring merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran kampus yang dilakukan secara virtual dengan menggunakan beragam platform tertentu sebagai media. Model pembelajaran daring ini tentu bisa (sebenarnya) dikatakan sudah amat bersahabat jika konteksnya adalah anak yang lahir di tahun 2000-an. Hal ini karena sejak kita berada di jenjang sekolah dasar hingga menengah pun, kita sebenarnya sudah kerap kali bertemu dengan model pembelajaran daring yang memanfaatkan berbagai platform digital learning seperti edmodo, google classroom, schoology, zoom, bahkan aplikasi chatting sekalipun seperti whatsapp serta telegram.

Fenomena pembelajaran daring saat ini pun tidak hanya diterapkan oleh perguruan tinggi saja, melainkan hampir semua instansi dengan berbagai jenjang mulai memindahkan sistem pembelajaran mereka ke model pembelajaran ini. Beragam metode pun diterapkan dalam rangka menyesuaikan model pembelajaran ini dengan beragam kondisi yang sangat mungkin terjadi di lapangan. Bukan tanpa masalah bahkan sudah berulang kali sistem pembelajaran daring ini menjadi topik bahasan utama dalam berbagai forum diskusi yang kemudian dikaji efektivitasnya, lalu (harusnya) dievaluasi. Hal ini kemudian menjadi amat penting karena dalam kondisi sulit seperti saat ini, model pembelajaran daring inilah yang menjadi wadah utama pendidikan modern. Maka dari itu perencanaan model pembelajaran ini harus benar dikaji secara mendalam dan komprehensif.

Praktik asal menerapkan model pembelajaran daring yang dilakukan oleh tenaga pendidik (dalam hal ini dosen), kurang cakapnya orang tua dalam menghadapi situasi pendidikan belakangan, juga kurangnya minat mahasiswa pada model pembelajaran merupakan secuil permasalahan yang terjadi saat kita menggunakan model perkuliahan daring. Hal ini tentu menyebabkan munculnya berbagai ketimpangan yang mungkin (parahnya) bisa merusak unsur-unsur pendidikan yang seharusnya termuat dengan rapi di dalamnya. Disini bukan hanya tugas dosen saja yang harus mampu menciptakan ekosistem pembelajaran daring yang optimal, melainkan tugas semua pihak, dalam artian meliputi dosen, orang tua juga mahasiswa itu sendiri.

Komparasi Kuliah Laring dengan Daring

Kuliah dengan sistem tatap muka atau laring adalah hal yang sering bahkan rutin kita lakukan sebelum adanya himbauan pemerintah untuk work from home. Kegiatan kuliah laring tentu dilakukan dengan ikut hadir secara fisik dalam forum perkuliahan. Diskusi dan penyampaian materi pun bisa dirasakan langsung oleh mahasiswa. Penilaian yang dilakukan oleh dosen pada saat perkuliahan offlinr pun didasarkan pada banyak hal, misalnya mulai dari bahasa tubuh, perilaku verbal, ekspresi, intonasi suara ketika berbicara, dan banyak hal lainnya. Feel yang didapatkan pada saat melakukan perkuliahan laring dirasa memiliki nilai lebih jika dibandingkan model perkuliahan daring yang saat ini kita lakukan.

Hal ini jika bandingkan dengan model perkuliahan daring yang sampai saat ini masih rutin kita praktikkan sehari-hari, maka banyak hal baru dan berbeda dengan apa yang kita rasakan saat mempraktikkan perkuliahan laring, sehingga dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian tertentu bagi semua pihak yang ikut aktif terlibat didalamnya. Dalam perkuliahan daring, semua aspek didapatkan dan dinikmati dalam wujud virtual. Mulai tatap muka lewat video, diskusi daring dengan model chatting, beragam tugas online sampai mengekspresikan gerakan serta ekspresi lewat fitur emoticon dan stiker. Hal ini jika dibandingkan dengan perkuliahan laring, bisa kita sebut bahwa perkuliahan jenis daring akan jauh lebih ringkas jika dibandingkan dengan jenis perkuliahan laring. Banyak unsur yang belum bisa (bahkan mungkin mustahil) untuk bisa didapatkan dalam model perkuliahan daring jika dibandingkan dengan jenis perkuliahan laring.

Kuliah Daring, Penuh Keunggulan atau Kendala?

Terlepas dari stigma negatif mahasiswa perihal perkuliahan daring serta perbedaan anggapan setiap orang, maka semisal kita coba memetakan apakah model perkuliahan daring ini masuk kedalam kategori positif atau negatif, alhasil yang akan kita dapatkan adalah keduanya. Apa yang kita sebut dengan dampak positif (keunggulan) ataupun negatif (kendala) menyangkut perkuliahan daring ini akan saya sajikan dan petakan berdasarkan sudut pandanag pihak yang terdampak. Dimulai dari segi keunggulan perkuliahan daring jika dilihat dari sudut pandang dosen dan mahasiswa, perkuliahan daring (setelah saya coba petakan) sendiri memiliki beberapa nilai lebih, diantaranya 1). Teknis penggunaan yang ringkas, 2). Sumber literatur yang beragam dan hampir tidak terbatas, 3). Durasi diskusi yang tidak terbatas pada senggang waktu perkuliahan saja, serta 4). Minimnya penggunaan waktu dan tenaga. Spesifik dari sudut pandang dosen dan mahasiswa, masing-masing ada satu dan tiga lagi keunggulan dari model pembelajaran ini, yakni parameter penilaian terhadap mahasiswa yang terbatas. Lalu spesifik dari sudut pandang mahasiswa adalah 1). Pengumpulan tugas yang relatif mudah, 2). Kemudahan berkomunikasi dengan dosen dan 3). Suasana perkuliahan yang nyaman karena berada di rumah ditambah satu keunggulan yang datang dari sudut pandang orang tua, yakni mudahnya pemantauan terhadap anak.

Berikutnya ialah kendala dari sistem perkuliahan daring yang jika mulai saya petakan dari sudut pandang dosen, bahwa kendala itu hanya pada bagaimana cara membangun suasana kelas itu sendiri. Lalu dari sudut pandang mahasiswa kendala ini menjadi banyak, termasuk didalamnya adalah 1). Materi yang relatif sulit dipahami, 2). Diskusi yang kebanyakan kurang kondusif, 3). Tugas berlebih dan cenderung monoton, 4). Beragam kendala jaringan (termasuk faktor geografis serta kondisi finansial) dan daya dukung gadget, 5). Sistem penilaian yang kurang maksimal, 6). Dosen yang seringkali kurang responsif saat perkuliahan berlangsung, 7). Tuntutan rumah yang seringkali berbenturan dengan perkuliahan serta 8). Kurang cakapnya tiap personal akan teknis penggunaan digital learning platform. Kendala mahasiswa ini belum lagi ditambah dengan salah persepsi para orang tua akibat anak-anak mereka yang lebih fokus menyendiri di kamar dan cenderung berhadapan dengan gadget seharian ketimbang menyelesaikan pekerjaan rumah.

Jika kita telisik keduanya, baik dari segi keunggulan maupun kendala, maka satu-satunya yang memiliki kesan positif terhadap model perkuliahan daring ini adalah dosen, sedangkan baik dari mahasiswa maupun orang tua, keduanya memiliki persepsi negatif. Lebih dalam kita bahas bahwa nyatanya, inilah titik dimana kita harusnya mampu berbenah bersama sehingga kesan positif itu tidak hanya akan didapat oleh dosen saja, melainkan semua pihak pun turut menikmatinya.

Hal yang Bisa Dilakukan

Tentu perubahan adalah hal paling fundamental yang harus dilakukan dalam rangka menanggapi situasi perkuliahan daring yang timpang seperti saat ini. Bagi mahasiswa, salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah mulai merubah anggapan bahwa perkuliahan daring yang awalnya membosankan menjadi anggapan lain, bahwa kuliah daring itu adalah hal baru, yang seharusnya menjadi daya tarik tersendiri buat kita. Adanya rasa ketertarikan inilah yang nanti mampu mendorong agar diri kita, mampu sesegera mungkin untuk bisa menyesuaikan diri terhadap model perkuliahan daring ini.

Kemudian adalah alternatif untuk para dosen, bahwa dosen sendiri, paling awal ialah harus bisa membangun kepercayaan mahasiswa itu sendiri terhadapnya. Hal ini bisa dilakukan dengan sering saling sapa dalam media pembelajaran digital, baik itu sekadar menanyakan kabar, ataupun menanyakan kesulitan saat perkuliahan daring berlangsung. Jika sudah terbangun rasa percaya mahasiswa terhadap dosen, maka apapun kegiatan perkuliahan daring akan terasa sangat ringan dan menyenangkan. Berikutnya penting untuk dipertimbangkan bahwa setiap selesai perkuliahan, agar para dosen juga melakukan evaluasi terkait teknis pembelajaran yang diberikan. Penerapan evaluasi secara berkala tentu akan semakin menambah kualitas dari kegiatan perkuliahan daring itu sendiri.

Terakhir adalah alternatif untuk para orang tua yang kebanyakan terburu salah persepsi terhadap kondisi anak. Perlu ditekankan bahwa setiap jenis perilaku anak, pasti dilandasi oleh sesuatu meskipun perilaku itu salah. Tugas orang tua disini bukan malah menyalahkan perilaku yang salah, melainkan lebih dari itu, yakni mencari kenapa anak melakukan hal demikian. Tak hanya sampai disitu, bahwa orang tua berikutnya harus mulai paham dan pengertian akan alasan yang diberikan oleh anak, lantas barulah di akhir orang tua memberikan solusi.


ā€œSadar nggak sadar kalo kuliah daring bikin kita jadi social distancing loh, ehek.ā€

ComentƔrios


Subscribe Form

Thanks for submitting!

Jl. Andansari Gg. Bandung 3 No. 8 Kode Pos 62216 Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur

  • Twitter
  • Facebook
  • Instagram

©2020 by Kacamata Penasaran. Proudly created with Wix.com

bottom of page